Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Karya
ilmiah merupakan sebuah tugas wajib yang mesti dipenuhi oleh para peserta didik
agar bisa dinyatakan lulus dari SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba. Oleh karena
itu, memelajari pedoman penulisan karya ilmiah merupakan hal penting. Untuk
menulis sebuah karya ilmiah, para peserta didik diminta untuk memahami terlebih
dahulu beberapa hal penting sebagi berikut.
Sikap-sikap Ilmiah[1]
Sikap
ilmiah wajib dimiliki oleh para peserta didik atau para penulis dan akademisi.
Sikap-sikap ilmiah menjadi penting agar setiap peserta didik memahami dirinya
sebagai seorang penulis yang memiliki dasar ilmiah dalam bersikap. Dikutip dari
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Yohanes Orong, 2018), terdapat 7 sikap
ilmiah yakni sebagai berikut:
1. Kuriositas
Ingin
tahu (kuriositas) merupakan sikap ilmiah paling dasar yang mesti dimiliki oleh
setiap peserta didik. Rasa ingin tahu memungkinkan para peserta didik untuk
terus mencari tahu dan bertanya untuk bisa menghasilkan sebuah karya ilmiah.
2. Melakukan Analisis
Proses
analisis berarti para peserta didik mampu menimbang, membandingkan dan
memutuskan sesuatu secara kritis. Para peserta didik mesti secara kritis
membaca realitas sosial yang ditemukan dalam kehidupannya. Dalam konteks
membuat karya ilmiah, kekritisan peserta didik bisa terbaca melalui kemampuan
mereka melakukan pengkajian dari berbagaimacam sudut pandang, mencari dan
menimbang banyak data secara bijaksana dan berusaha menemukan benang merah.
3. Sikap Obyektif
Sikap
ini mengacu pada kemampuan para peserta didik untuk bersikap kritis berimbang
tidak didominasi oleh sikap subyektivitas. Peserta didik dipacu untuk
menghindari cara penilaian yang mengedepankan sentimentalitas, prasangka
pribadi dan ketidakberimbangan.
4. Terbuka
Artinya,
bersikap netral dan tidak tertutup serta mampu menerima sumbangan ide dari
pihak lain berupa kritikkan dan sebagainya.
5. Tidak Plagiasi
Sikap
menghargai karya orang lain merupakan cara terbaik untuk menghasilkan sebuah
karya yang original dan mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Peserta
didik dituntut untuk tidak melakukan plagiasi atau mengutip tulisan orang lain
tanpa mencantumkan sumber. Oleh karena itu, penggunaan catatan kaki (foot
note), catatan tengah (body note) dan daftar pustaka menjadi sangat penting.
Untuk konteks SMAK St. Yakobus Rasul, sumber yang dianjurkan untuk dipakai
yakni body note dan daftar pustaka.
a) Body Note
merupakan
sebuah pola pengutipan sumber yang diletakkan di tengah artikel atau karya
bukan pada bagian kaki atau catatan kaki. Terdapat tiga unsur dalam body note
yakni nama pengarang (ditulis lengkap atau hanya nama belakang tanpa gelar),
tahun naskah atau buku diterbitkan dan terakhir yakni halaman teks yang
dikutip.
Contoh:
1. “Di hadapan korban pelecehan seksual
wajah Tuhan selalu ambigu (Kleden, 2012: 10).
2.
“............ (Kleden, 2012: 11-13).
Kalau
misalnya ada sumber wawancara maka penulis bisa menggunakan contoh ini”.......
(Hasil wawancara dengan Kleden, 2022).
b) Daftar Pustaka
Kita
menggunakan salah satu pola penulisan Daftar Pustaka yakni Modern Language Association (MLA) yang dikutip dari buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Orong, 2018: 85). Unsur yang ditulis dalam daftar
pustaka yakni nama, judul buku, kota terbit, penerbit dan tahun terbit.
Khususnya untuk nama penulis ditulis terbalik yakni nama marga atau keluarga diletakkan di depan kecuali
jika nama penulis hanya terdiri dari satu kata misalnya, Soekarmo.
Contoh:
Budi Kleden akan ditulis: Kleden, Budi atau Ferdinandus Sebho akan ditulis:
Sebho, Ferdinandus. Maka contoh lengkapnya ialah:
Sebho,
Ferdinandus. Wajah Allah yang Terluka.
Jakarta: Gramedia, 2014. Kemudian judul ditulis dalam bentuk huruf miring.
Contoh
lain misalnya dari hasil wawancara: a) Rian, Antonius. Wawancara per telepon, 1
Januari 2022, b) Rian, Antonius. Wawancara di Desa Mahal, Kecamatan Omesuri,
Kabupaten Lembata, 19 Juni 2022.
6. Bertanggung Jawab
Sikap
terbuka terhadap kritikkan pihak lain mesti dibarengi juga dengan kemampuan
untuk mempertahankan hasil karya sendiri dengan menunjukkan referensi ilmiah
atas sesuatu yang dikemukakan.
7. Mampu Menciptakan Hal-hal Baru
Setelah
menghasilkan sebuah karya, peserta didik mesti mampu berpikir kritis dan ide
yang futuristik. Artinya, karya yang dihasilkan tidak boleh mati, peserta didik
mesti mampu menciptakan karya-karya lanjutan dengan bertitik pijak pada karya
yang sudah ada.
I. 2. Syarat-syarat Penulisan Karya
Ilmiah
Selain
memelajari 7 macam sikap ilmiah di atas, peserta didik diajak untuk melihat
lebih jauh tentang syarat-syarat penting yang mesti disadari sebelum
menghasilkan sebuah karya ilmiah.
1. Komunikatif
Komunikatif
merupakan syarat penting dalam menghasilkan tulisan ilmiah. Bahasa yang mesti
digunakan yakni yang lugas dan mampu dipahami oleh para pembaca serta tidak
bombastis dan bertele-tele.
2. Sistematis
Sebuah
karya ilmiah harus memenuhi kaidah atau sistematika penulisan yakni sebuh karya
harus runut dan berurutan.
3. Ekonomis
Dalam
menghasilkan sebuah karya ilmiah, para peserta didik dituntut untuk hemat dalam
menggunakan kata-kata. Artinya. Karya ilmiah menjadi semakin ilmiah jika tidak
dibumbui dengan bahasa-bahasa bombastis, konotatif dan bertele-tele. Bahasa
ilmiah mesti singkat, pada, dan lugas.
4. Teori yang Kuat
Karya
ilmiah yang baik harus berlandaskan pada teori yang kuat. Untuk mencapai hal
ini, penulis mesti memiliki banyak referensi, membandingkan satu teori dengan
teori yang lain secara saksama.
5. Relevan
Tulisan
ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajari agar mudah diteliti
dan dihasilkan.
6. Bertanggung Jawab
Sebuah
tulisan dikatakan ilmiah jika penulisnya mampu mempertanggungjawabkan secara
kritis dengan referensi-referensi valid sebagai pendukung.
Posting Komentar