Penting! Ini Daftar 7 Sikap Ilmiah

 



 

 Bahasa Indonesia menjadi salah satu Mata Pelajaran wajib yang dipelajari di SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba, Kabupaten Lembata. Sebab dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), para peserta didik mampu berkomunikasi secara teratur. Untuk mencapai semua itu, maka proses membaca dan menulis mesti mulai ditanamkan dalam diri para peserta didik.


Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan sebuah tugas wajib yang mesti dipenuhi oleh para peserta didik agar bisa dinyatakan lulus dari SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba. Oleh karena itu, memelajari pedoman penulisan karya ilmiah merupakan hal penting. Untuk menulis sebuah karya ilmiah, para peserta didik diminta untuk memahami terlebih dahulu beberapa hal penting sebagi berikut.


Sikap-sikap Ilmiah[1]

Sikap ilmiah wajib dimiliki oleh para peserta didik atau para penulis dan akademisi. Sikap-sikap ilmiah menjadi penting agar setiap peserta didik memahami dirinya sebagai seorang penulis yang memiliki dasar ilmiah dalam bersikap. Dikutip dari buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Yohanes Orong, 2018), terdapat 7 sikap ilmiah yakni sebagai berikut:


1. Kuriositas

Ingin tahu (kuriositas) merupakan sikap ilmiah paling dasar yang mesti dimiliki oleh setiap peserta didik. Rasa ingin tahu memungkinkan para peserta didik untuk terus mencari tahu dan bertanya untuk bisa menghasilkan sebuah karya ilmiah.


2. Melakukan Analisis

Proses analisis berarti para peserta didik mampu menimbang, membandingkan dan memutuskan sesuatu secara kritis. Para peserta didik mesti secara kritis membaca realitas sosial yang ditemukan dalam kehidupannya. Dalam konteks membuat karya ilmiah, kekritisan peserta didik bisa terbaca melalui kemampuan mereka melakukan pengkajian dari berbagaimacam sudut pandang, mencari dan menimbang banyak data secara bijaksana dan berusaha menemukan benang merah.

 

3. Sikap Obyektif

Sikap ini mengacu pada kemampuan para peserta didik untuk bersikap kritis berimbang tidak didominasi oleh sikap subyektivitas. Peserta didik dipacu untuk menghindari cara penilaian yang mengedepankan sentimentalitas, prasangka pribadi dan ketidakberimbangan.


4. Terbuka

Artinya, bersikap netral dan tidak tertutup serta mampu menerima sumbangan ide dari pihak lain berupa kritikkan dan sebagainya.


5. Tidak Plagiasi

Sikap menghargai karya orang lain merupakan cara terbaik untuk menghasilkan sebuah karya yang original dan mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Peserta didik dituntut untuk tidak melakukan plagiasi atau mengutip tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber. Oleh karena itu, penggunaan catatan kaki (foot note), catatan tengah (body note) dan daftar pustaka menjadi sangat penting. Untuk konteks SMAK St. Yakobus Rasul, sumber yang dianjurkan untuk dipakai yakni body note dan daftar pustaka.


a) Body Note

merupakan sebuah pola pengutipan sumber yang diletakkan di tengah artikel atau karya bukan pada bagian kaki atau catatan kaki. Terdapat tiga unsur dalam body note yakni nama pengarang (ditulis lengkap atau hanya nama belakang tanpa gelar), tahun naskah atau buku diterbitkan dan terakhir yakni halaman teks yang dikutip.

Contoh: 1.  “Di hadapan korban pelecehan seksual wajah Tuhan selalu ambigu (Kleden, 2012: 10).

2. “............ (Kleden, 2012: 11-13).

Kalau misalnya ada sumber wawancara maka penulis bisa menggunakan contoh ini”....... (Hasil wawancara dengan Kleden, 2022).


b) Daftar Pustaka

Kita menggunakan salah satu pola penulisan Daftar Pustaka yakni Modern Language Association (MLA) yang dikutip dari buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Orong, 2018: 85). Unsur yang ditulis dalam daftar pustaka yakni nama, judul buku, kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Khususnya untuk nama penulis ditulis terbalik yakni nama marga  atau keluarga diletakkan di depan kecuali jika nama penulis hanya terdiri dari satu kata misalnya, Soekarmo.

Contoh: Budi Kleden akan ditulis: Kleden, Budi atau Ferdinandus Sebho akan ditulis: Sebho, Ferdinandus. Maka contoh lengkapnya ialah:

Sebho, Ferdinandus. Wajah Allah yang Terluka. Jakarta: Gramedia, 2014. Kemudian judul ditulis dalam bentuk huruf miring.

Contoh lain misalnya dari hasil wawancara: a) Rian, Antonius. Wawancara per telepon, 1 Januari 2022, b) Rian, Antonius. Wawancara di Desa Mahal, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, 19 Juni 2022.


6. Bertanggung Jawab

Sikap terbuka terhadap kritikkan pihak lain mesti dibarengi juga dengan kemampuan untuk mempertahankan hasil karya sendiri dengan menunjukkan referensi ilmiah atas sesuatu yang dikemukakan.

 

7. Mampu Menciptakan Hal-hal Baru

Setelah menghasilkan sebuah karya, peserta didik mesti mampu berpikir kritis dan ide yang futuristik. Artinya, karya yang dihasilkan tidak boleh mati, peserta didik mesti mampu menciptakan karya-karya lanjutan dengan bertitik pijak pada karya yang sudah ada.


I. 2. Syarat-syarat Penulisan Karya Ilmiah

Selain memelajari 7 macam sikap ilmiah di atas, peserta didik diajak untuk melihat lebih jauh tentang syarat-syarat penting yang mesti disadari sebelum menghasilkan sebuah karya ilmiah.


1. Komunikatif

Komunikatif merupakan syarat penting dalam menghasilkan tulisan ilmiah. Bahasa yang mesti digunakan yakni yang lugas dan mampu dipahami oleh para pembaca serta tidak bombastis dan bertele-tele.


2. Sistematis

Sebuah karya ilmiah harus memenuhi kaidah atau sistematika penulisan yakni sebuh karya harus runut dan berurutan.


3. Ekonomis

Dalam menghasilkan sebuah karya ilmiah, para peserta didik dituntut untuk hemat dalam menggunakan kata-kata. Artinya. Karya ilmiah menjadi semakin ilmiah jika tidak dibumbui dengan bahasa-bahasa bombastis, konotatif dan bertele-tele. Bahasa ilmiah mesti singkat, pada, dan lugas.

 

4. Teori yang Kuat

Karya ilmiah yang baik harus berlandaskan pada teori yang kuat. Untuk mencapai hal ini, penulis mesti memiliki banyak referensi, membandingkan satu teori dengan teori yang lain secara saksama.


5. Relevan

Tulisan ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajari agar mudah diteliti dan dihasilkan.


6. Bertanggung Jawab

Sebuah tulisan dikatakan ilmiah jika penulisnya mampu mempertanggungjawabkan secara kritis dengan referensi-referensi valid sebagai pendukung. 

 



[1] Yohanes Orong, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Maumere: Penerbit Ledalero, 2018), hlm. 1-3.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama