Resensi Novel Surat Kecil untuk Tuhan, oleh Maria Magdalena Gelu, Kelas XI IIS |
Judul Novel :
Surat Kecil untuk Tuhan
Penulis :
Agnes Davonar
Penerbit : Inandra Publiser
Tahun Terbit : 2008
Tebal Novel : VII + 232
Edisi :
VIII
Sinopsis
Surat Kecil untuk Tuhan berkisah tentang seorang remaja bernama Gita Sessa Wanda Cantika atau akrab disapa Keke. Ia adalah anak yang terlahir dari keluarga yang broken. Orang tuanya bercerai ketika ia masih sangat kecil. Akibatnya, Keke hanya hidup bersama ayah dan kakak laki-lakinya. Meski terlahir dari situasi keluarga yang demikian, Keke dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Ia memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa. Ia sering mendapat prestasi di sekolah. Kehidupan sosialnya pun terbilang baik. Tutur katanya sopan dan ia sering menolong orang yang berkesusahan. Situasi hidup yang demikian, runtuh seketika saat dirinya didiagnosa oleh dokter karena mengidap Rhabdomyosarcoma. Penyakit yang awalnya “terlihat biasa-biasa saja” ternyata merenggut banyak hal dari Keke. Kehidupan sekolahnya terhambat. Penampilan fisiknya pun berubah. Badannya semakin kurus dan ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.
Selama tiga tahun mengidap Rhabdomyosarcoma, Keke selalu dihantui oleh bayang-bayang akan kematian. Ia berpikir, apakah jadinya ketika suatu saat kematian merenggut dirinya? Bagaimana situasi hidupnya di saat kematian? Apakah ia masih bisa menjumpai ayah, kakak, dan teman-teman sekolah? Bayangan akan kematian membuat Keke takut. Setiap bangun pagi, tubuhnya terasa seperti tidak berdaya lagi. Hari-hari hidupnya terasa membosankan. Situasi yang demikian membuat Keke pasrah. Suatu hari, ia memutuskan untuk menulis sebuah surat untuk Tuhan. Surat itu berisi berbagai permohonan, termasuk keinginannya untuk tumbuh dewasa, sembuh, hingga agar tidak ada lagi orang yang bernasib sama dengannya. Ia yakin bahwa Tuhan akan mendengar kelu kesah hatinya. Setelah menulis surat kecil untuk Tuhan, Keke merasa sedikit legah. Ia seperti telah siap menanggung kematian yang kelak merenggut dirinya sendiri.
Catatan Kritis-Apresiatif
Agnes Davonar merupakan seorang penulis yang pandai dalam memilih tema cerita. Bagi saya, Surat Kecil untuk Tuhan merupakan sebuah refleksi tentang perjuangan hidup. Ia bukan sekedar novel, tetapi menjadi buku kehidupan yang layak dijadikan bacaan bersama. Kepandaian Davonar dalam menyusun alur cerita turut memperkuat makna tekstual dalam novel. Pembaca dari golongan pendidikan apapun dapat dengan mudah mencermati makna teks karena disusun dengan alur induktif dan bahasa yang sederhana. Selain itu, penyajian ilustrasi terkait perjuangan Keke memberi warna baru dalam Surat Kecil untuk Tuhan.
Meski demikian, hal yang masih kurang dalam novel tersebut terlihat dari banyaknya kesalahan teknis. Dalam beberapa bagian novel, penulisan huruf masih salah. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan pembaca saat menyelami isi novel. Di samping itu, penyajian gambar yang kurang menarik dan terkesan surealis juga mempersulit pemahaman pembaca.
Amanat
Sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya, Surat Kecil untuk Tuhan adalah sebuah pelajaran tentang hidup. Novel ini mengajak kita untuk menerima, menghadapi, dan menjalankan kehidupan dengan hati lapang. Kadang, kita lebih banyak mengeluh dan mengaduh, daripada bersyukur atas anugerah kehidupan. Keke, tokoh utama dalam novel mengetuk pintu hati kita untuk selalu bertanya perihal hidup: apakah saya telah menerima hidup saya dengan penuh rasa syukur? Ataukah, saya lebih cenderung memarahi Tuhan atas nasib hidup saya yang kurang beruntung? Balada hidup Keke telah menjadi pertanyaan untuk kita. Lagi, Keke mengingatkan kita bahwa hidup bukan sebuah perjalanan yang abadi. Cepat atau lambat, Tuhan akan menarik kita kembali kepada-Nya. Jika hidup tak ada yang abadi, kemanakah kita harus bersandar?
Rekomendasi
Surat Kecil untuk Tuhan adalah novel yang layak dimiliki dan dibaca oleh semua orang. Secara khusus, saya merekomendasikan novel ini untuk para pelajar di SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba. Sosok Keke dapat menjadi contoh bagi kita untuk menerima hidup dengan penuh rasa syukur. Dalam nada syukur yang sama, Keke mengajak kita untuk selalu menyandarkan hidup kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Hanya di dalam Tuhan, kita beroleh kemudahan hidup. Bahkan, hanya dalam Tuhan, kita sanggup menerima kematian bukan sebagai kutukan, tetapi menjadi bagian integral dari hidup yang patut disyukuri.*
Hati merah♥️😂👊
BalasHapusyuhu selalu
HapusNice
BalasHapusyo mannn
HapusPosting Komentar