Mendengarkan Kata Mereka Tentang Ujian Berbasis Digital di SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba

Maria D. Fortuna Kewa, siswi kelas XII MIA (Dokumentasi Pribadi)

Lembata – Ujian semester ganjil pada Lembaga Pendidikan SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba telah berakhir pada Senin (12/12/22). Ujian semester ganjil ini dilakukan dengan menggunakan google form atau berbasis digital.

Ujian gaya baru di SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba merupakan pengalaman pertama sehingga melahirkan juga beberapa kesan dari peserta didik dan seorang guru yang membidangi IT di sekolah tersebut.

Maria D. Fortuna Kewa, siswi kelas XII MIA mengungkapkan, ujian berbasis digital ini mesti terus dilakukan ke depan karena sesuai dengan tuntutan zaman.

“Menurut saya ujian berbasis digital harus terus dilakukan karena sekarang ini kita berada pada zaman digital atau serba internet. Ujian ini juga dapat mempermudah siswa/i ketika lanjut ke perguruan tinggi nanti,” ungkapnya usai mengikuti ujian hari terakhir.

Ia juga mengungkapkan beberapa tantangan atau kesulitan yang dihadapi misalnya terkendala jaringan, HP yang tiba-tiba eror atau akun email bermasalah.

Hal senada diungkapkan oleh Eldos. Menurutnya, ujian berbasis digital ini mesti dilanjutkan ke depan karena memiliki banyak sisi positif, salah satunya hemat biaya untuk foto kopi lembaran ujian sebagaimana yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Namun demikian, Eldos juga menemukan beberapa kesulitan sebagaimana yang diungkapkan oleh Maria D. Fortuna Kewa.

Sementara itu, Venansius Lagadoni, S.Kom, guru IT di SMAK St. Yakobus Rasul Lewoleba memberikan beberapa catatan terkait ujian berbasis digital tersebut.

Menurutnya, ujian model ini merupakan inovasi yang patut dipertahankan oleh SMAK St. Yakobus Rasul. Ada beberapa hal penting yang ia kemukakan di antaranya waktu penyelenggaraan ujian lebih fleksibel, lebih simpel dan tidak memakan banyak biaya, hasil ujian dapat diketahui langsung setelah ujian.

Selain itu, menurutnya, data terkait pelaksanaan ujian seperti data siswa, mata pelajaran dan hasil dapat disimpan secara langsung pada data base tanpa harus diinput manual.

Selain itu, alumnus Seminari Hokeng itu juga mengungkapkan kecemasannya ketika ujian berbasis digital berlangsung misalnya aksi saling nyontek atau copy paste referensi pada google. Ini dua hal yang sangat disayangkan.

Namun, sebagai guru IT, Venan, demikian ia disapa, tetap optimis bahwa ke depan pasti akan ada perubahan-perubahan signifikant terkait dengan ujian berbasis digital atau online. (RO)

1 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama